Kampanyekan Kebaya Goes to UNESCO, Kohati PB HMI Gelar Dialog Kemerdekaan

0 20

Jakarta – Dialog Nasional ‘Kebaya Mendunia Momentum Kemerdekaan Narasi Sebuah Identitas Perempuan’ yang digelar Korps HMI-wati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Kohati PB HMI) berlangsung meriah. Dimana dihadiri para panelis dan aktivis organisasi kemahasiswaan perempuan dari Cipayung Plus (HMI, PMII, GMNI, PMKRI, KMHDI, Hikmabudi, IMM dan lainnya).

Acara yang digelar di Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke 77 pada 17 Agustus 2022 dilaksanakan di D’Hotel, Jakarta, (17/8/2022). Dimana para aktivis perempuan dari organisasi kemahasiswaan menggunakan pakaian kebaya nasional yang bervariasi.

Tampak hadir selaku pembicara Nina Kurnia Dewi selaku Srikandi BUMN, Abu Hasan As’yari Sekretaris Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi NU), Melok Besari Ketua Umum Cinta Budaya Nusantara dan Umiroh Fauziah Ketua Umum Kohati PB HMI.

Umiroh Fauziah Ketua Umum Kohati PB HMI saat diwawancarai Syafrudin Budiman SIP wartawan senior mengatakan, optimis Kebaya Goes to UNESCO sebagai warisan budaya tak berbeda bisa diterima UNESCO. Selain itu kata Umiroh sapaan akrabnya, kebaya akan menjadi pakaian budaya nusantara yang akan diterima di pasar internasional.

“Kita sebagai generasi muda bangsa di HUT Kemerdekaan RI ke 77 optimis bisa menjaga dan merawat hasil karya budaya anak bangsa. Kita juga yakin kebaya, akan menjadi pakaian yang diterima seluruh dunia sebagai warisan budaya Indonesia,” kata Umiroh, perempuan kelahiran Kota Banjar, Kalimatan Selatan, 06 Februari 1994 ini.

Menurut lulusan Prodi S1 Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Miftahul Huda Al-Azhar ini mengatakan, budaya karya leluhur nenek moyang kita ini harus dilestarikan dan dijaga agar tidak juga di klaim oleh negara luar. Dimana diharapkan generasi milenial dan generasi Z bisa lebih menghargai budaya bangsa.

“Generasi muda, khususnya kaum milenial dan generasi Z tidak bolej terkontaminasi dengan budaya asing. Sebab, hasil budaya bangsa ini sangat kaya sekali. Kalau ada budaya fashion barat atau fashion K-Pop dari Korea Selatan, kita juga punya budaya kebaya dan harus kita kampanye-kan ke internasional,” pungkas mahasiswa Prodi S2 Manajemen Pendidikan Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.

Lebih lengkap wawancara dengan Umiroh Fauziah bisa klik link di bawah ini:

Kebaya adalah Perjuangan Identitas Bangsa

Acara Dialog Nasional ‘Kebaya Mendunia Momentum Kemerdekaan Narasi Sebuah Identitas Perempuan’ ini juga mendapatkan respon positif dari salah satu peserta yang hadir. Yang mana peserta menilai, bahwa gerakan kebaya adalah perjuangan identitas bangsa Indonesia.

Putu Asrinidevy Presidium II (Bendahara Umum) Pimpinan Pusat – Kesatuan Aksi Hindu Dharma Indonesia (PP KMHDI) mengatakan, Kebaya goes to UNESCO merupakan salah satu upaya untuk memperjuangkan identitas bangsa. Dimana beragamnya model kebaya sesuai kearifan lokal di masing masing daerah mengandung filososi dan identitas perempuan Indonesia.

“Kebaya di Indonesia sangatlah variatif dari berbagai daerah memiliki ciri khas kebaya-nya masing masing. Inilah yang memperkuat identitas lokal dan akhirnya memperkuat identitas perempuan Indonesia” kata Devy sapaan akrabnya.

Kata perempuan asal Gianyar yang pernah menjadi ketua BEM Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar ini, cara yang paling mudah dilakukan saat ini adalah mengenakan kebaya. Baik secara berkala dan bukan hanya pada momen tertentu saja.

“Tentunya dengan membangun kebiasaan berkebaya ini akan menguatkan kearifan lokal masing-masing daerah. Sehingga penggunaan pakaian tradisional kebaya menjadi tren keseharian, yang memiliki nilai ekonomis bagi pelaku UMKM dan pengusaha tekstil nasional,” pungkas Devy yang mengenakan kebaya khas Bali. (red)

Penulis: Syafrudin Budiman SIP (Gus Din)

Leave A Reply

Your email address will not be published.