Pesawaran (MIN-SMSI) – Para pengerajin kain Sulam Jelujur yang berada di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedongtataan, merasa bangga hasil kerajinan yang selama ini mereka produksi akan tampil di New York Indonesia Fashion Week.
Yeni Kustiawati, salah satu perwakilan pengerajin sulam jelujur mengatakan, pada masa itu sulam jelujur hanya digunakan untuk pajangan oleh masyarakat sekitar, namun semakin berkembangnya zaman dan adanya dukungan serta pembinaan dari Pemprov Lampung maupun Pemkab Pesawaran, pajangan tersebut disulap menjadi barang yang memiliki harga jual.
“Kain sulam jelujur merupakan bagian dari sebuah peristiwa sejarah Transmigrasi pertama di Indonesia pada tahun 1905 di Kabupaten Pesawaran. Dimana pada waktu itu meninggalkan rekam jejak dan warisan wastra Lampung yaitu kain tenun dengan teknik jelujur yang membentuk keragaman motif serta gambaran peristiwa yang terjadi pada sejarah transmigrasi saat itu,” ujarnya, Sabtu (9/9/2022).
Dirinya mengatakan, setelah mengetahui adanya warisan wastra yang ada di Kabupaten Pesawaran, pihak pemerintah setempat langsung memberikan pembinaan kepada para pengerajin dan membantu dalam memasarkan sulam jelujur kepada masyarakat luas.
“Sebelumnya, hasil kerajinan kita ini hanya digunakan untuk pajangan dan juga digunakan di rumah saja, tetapi karena melihat adanya nilai ekonomis didalamnya, mulai lah kita memproduksi sedikit banyak untuk kita jualkan ke luar, dari hasil itu juga dapat membantu perekonomian keluarga,” katanya.
Menurutnya, dengan tampilnya sulam jelujur di New York para pengerajin sangat berbangga karena hasil karya dari Sungai Langka mampu menembus pasar dunia dan dikenal sampai luar negeri.
“Kami sangat bangga dan berterimakasih kepada ibu Nanda, Bapak Dendi dan mas Aris selaku desainer, yang sudah membawa hasil kerajinan kami ke New York Indonesia Fashion Week di Amerika,” kata dia.
“Disini kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada ibu Riana Sari Arinal dan Yayasan Pertiwi Indonesia, yang telah ikut membantu memberikan pembinaan dan ikut mengembangkan sulam jelujur, sampai karya kami dikenal masyarakat luas bahkan sampai luar negeri,” katanya.
Menurut pengrajin sulam jelujur Desa Sungai Langka saat ini produksi hasil kerajinan sulam jelujur sudah sangat banyak, selain busana ada juga kain sarung, peci, tas dan lain lain.
Yeni menjelaskan pasar sulam jelujur dimulai dari Pesawaran itu sendiri lalu ke Jakarta, Bali, Lombok, Bandung hingga sampai ke Manca Negara seperti Dubay, Kroasia, Belanda dan saat ini di New York.
Harapan dari para pengrajin sulam jelujur agar selalu mendapat dukungan dari pemerintah dan para investor agar dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.
“Kami berharap selalu dukungan dari pemerintah tentunya dan para investor agar kami dapat membuka lapangan pekerjaan bagi ibu – ibu di Desa Sungai Langka pada khususnya dan di Pesawaran pada umumnya, selain itu kami juga berharap dapat berkiprah secara langsung di Manca Negara dengan tujuan untuk mendapatkan motivasi yang lebih dan mendapatkan ilmu agar kami lebih kreatif,” tutup Yeni. (Sur).