Jakarta – Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Syarifah Amelia menanggapi potongan pidato Ketua Umum PPP yang beredar saat menyampaikan cerita tentang kunjungan Suharso Monoarfa ke berberapa Kiai saat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketum di pondok pesantren di acara pembekalan antikorupsi politik cerdas berintegerasi di Gedung Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) pada Senin, 15 Agustus 2022 merupakan kesalahan penafsiran.
Menanggapi video yang beredar yang kemudian ditafsirkan mengandung unsur hinaan terhadap kiai dan pesantren, Amel menyampaikan bahwa dia beserta segenap pengurus harian DPP PPP yang menjadi peserta acara pendidikan politik anti korupsi yang diadakan oleh KPK tersebut, menjadi saksi bahwa jika disimak secara utuh, tanpa dipotong serta disesuaikan dengan konteks diskusi yang mengiringinya, bahwa Ketum PPP tidak ada niat sama sekali untuk menyinggung perasaan para kiai.
“Bagi PPP pesantren adalah salah satu garda terdepan pendidikan ummat, sehingga dalam pendidikan anti korupsi, kita harapkan dapat dimulai dengan memahami betul perbedaan pemberian hadiah/bisyarah yang penuh kasih serta infak/shodaqoh yang berlandaskan keikhlasan dengan praktik yang mengarah pada gratifikasi di lingkungan pesantren”, ujar Amel.
Amel menjabarkan, Ketua Umum PPP menyampaikan hal ini, tak lain untuk menanggapi permintaan Kiyai Gufron agar PPP mampu memberikan warna politik yang berbeda, bukan membenarkan yang biasa, namun membiasakan yang benar. PPP harus mampu menjadi Partai yang mewujudkan politik Berketuhanan yang Maha Esa, bukan Berkeuangan yang maha kuasa, seloroh Kiyai Gufron saat itu.
Pada akhir acara pembekalan anti korupsi yang diberikan langsung dari Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron ini kepada seluruh pengurus pusat PPP, Suharso selaku Ketum PPP menandatangani komitmen untuk membangun integritas internal parpol agar menolak politik uang dan praktik korupsi lainnnya.
Amel mengatakan, bagi PPP penghormatan pada ulama adalah salah satu cara PPP mengingat jati dirinya. PPP dibentuk ulama, diawasi ulama, memperjuangkan ulama. Hal ini yang selalu ditanamkan oleh para petinggi Partai, termasuk Ketum Suharso.
“Ketua Umum Suharso sekali lagi menyampaikan tidak sedikitpun bermaksud untuk menyinggung Kyai dan Ulama, serta menyesalkan video pidato beliau yang dipenggal seadanya, namun Ketum Suharso mengakui beliau sangat terpukul jika sampai ada Ulama/Kyai yang terluka karena hal ini”tambah Amel saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
Amel juga meyakinkan jika Suharso akan berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki kesalah pahaman ini dan dalam waktu dekat akan segera menemui Ulama dan Kyai untuk dapat berbincang dan memohon masukan secara langsung. (Red).