Penulis : Johan Alamsyah, SE, yang juga aktivis 98, di Bandar Lampung, menyampaikan tulisan mengenai ramalan-ramalan Jayabaya setelah pelaksaan Pemilu 2024 berakhir dengan baik dan aman.
Raja Jayabaya terkenal dengan ramalannya yang disebut Jangka Jayabaya. Ramalan Jayabaya kerap dikaitkan dengan peristiwa masa kini.
Raja Kediri Prabu Jayabaya era 1135-1157 pernah dijuluki sebagai Ratu Adil dan Satria Piningit. Memiliki gelar Sri Maharaja Sri Wameswara Madhusudana Watarandita Parakrama Digjoyottunggadewama Jayabhalancana, sosoknya digambarkan sebagai pemimpin yang adil dan visioner di masanya.
Jayabaya yang naik tahta di masa-masa sulit mampu menyatukan rakyat yang sempat terpecah di masa kepemimpinan Raja Airlangga kemudian berhasil membawa Kerajaan Kediri ke puncak kejayaan.
Jayabaya juga masyhur akan ramalannya yang sampai sekarang masih sering dipelajari.
Merujuk pada Kitab Musarar dari Sunan Giri Prapen yang berisi ramalan-ramalan Jayabaya, juga menunjukan konsep ketatanegaraan yang apabila diterapkan mampu menghasilkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera sebagai penggambaran Ratu Adil.
Demikian juga dalam penggambaran Satria Piningit (Ksatria penolong yang tersembunyi) ditandai dengan munculnya Ratu Adil terlebih dahulu.
Dalam kitab tersebut, terdapat bait yang berbunyi “Prabu tusing waliyulah, kadhatone pankekaling ing Mekah ingkah satunggal, Tanah Jawi kang sawiji, prenahe iku kaki, perak lan gunung Perahu, sakulone tempuran, balane samya jrih asih, iya iku ratu rinenggeng sajagat.”
(Raja keturunan waliyulah, berkedaton dua di Makkah dan Tanah Jawa, letaknya berada dekat dengan Gunung Perahu sebelah barat tempuran (pertemuan dua sungai), dicintai pasukannya, memang Raja yang akan terkenal di dunia).
Ramalan Jayabaya tentang Kemunculan Sang Ratu Adil, tertulis sang Ratu Adil di masa yang akan datang adalah orang Jawa dari keturunan Kerajaan Majapahit yang akan muncul pada saat kendaraan besi dapat berjalan tanpa kuda, dan kapal dapat menjelajah langit dan angkasa.
Dalam ramalan itu juga dikatakan, Ratu Adil akan menghadapi masa-masa sulit, kemiskinan, penghinaan dan wabah. Namun, masa itu akan terlewati karena ketulusan dan keteguhan hatinya.
Ramalan itu tertulis dalam beberapa naskah, antara lain Serat Jayabaya Musarar, hingga Serat Pranitiwakya. Selain itu, Ramalan Jayabaya juga disinggung dalam Babad Tanah Jawi.
Salah satu tulisan Jayabaya meramalkan terjadinya bencana besar yang menelan banyak korban sebagaimana tertulis dalam bait :
“Akeh ingkang gara-gara. Udan salah mangsa prapti. Akeh lindhu lan grahana. Dalajate salin-salit. Pepati tanpa aji. Anutug ing jaman sewu, Wolung atus ta iya Tanah Jawa pothar pathir, Ratu Kara Murka Kuthila pan sirna”.
Terjemahannya :
“Banyak kejadian dan peristiwa alam maupun dalam kehidupan masyarakat manusia yang luar biasa. Gempa bumi, gelombang laut melebihi pohon kelapa, sering gerhana, Musim penghujan tidak teratur, sering datang curah hujan lebat (kebanjiran) hingga tidak ada hujan sama sekali (kekeringan).”
Ramalan Jayabaya menyebut,
mengenai datangnya Jaman Kolobendu (carut marut), yang menurut Candrasengkala, atau angka Tahun Jawa, datang pada Tahun 1997.
Ramalan Jayabaya ini, kemudian digubah oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873), pujangga besar keraton Solo.
Salah satu ramalan tersebut, adalah mengenai datangnya Jaman Kolobendu (carut marut), menurut Candrasengkala, atau angka Tahun Jawa, datang pada Tahun 1997.
Jaman Kolobendu (carut marut) ini akan berakhir dengan datangnya zaman Kolosubo, yang menurut Candrasengkala, bertepatan dengan Tahun 2025.
Jaman Kolobendu (carut marut) ini digambarkan akan terjadi pertentangan dan permusuhan, yang disebabkan adu domba oleh “dalang” yang tidak kelihatan, karena berada di belakang layar.
Bait yang mengangkat tentang ramalan ini berbunyi:
Jaman Kolobendu ;
“Entenono Nuswantoro bakal ketampan bendu.
Yen wis teko pandito ambuka wiwaranging Neroko
( Condro sengkolo 1997)
Pralambange jago tarung ning njero kurungan.
Dalang wayang ngungkurke kelir.
Sing nonton podo nangis.
Entenono waluyo lan tentrem.
Mengko nek wis tumeko
Pendowo Mulat Sirnaning Penganten (Condro sengkolo 2025)”
Buku Jaman Kolobendu (Ronggowarsito) .
Artinya :
Jaman Kolobendu (Carut Marut).
“Tunggulah, Nusantara akan mendapatkan bencana.
Jika sudah datang Tahun 1997.
Perlambangnya adalah Ayam jantan Bertarung di dalam kurungannya.
Sang dalang menggelar sandiwara.
Yang menonton menangis.
Tunggulah jaman kemakmuran dan ketentraman.
Nanti jika sudah datang Tahun 2025″.
Nusantara akan mendapat bebendu atau bencana. Jika sudah datang Tahun 1997 (Pandito Ambuko Wiwaraning Neroko). Pandito, Ambuko = dibuka=bolong= 9, Wiwara = pintu=terbuka= bolong-9, Neroko = 1. Artinya : Condro Sengkolo Tahun 1997.
Pada Tahun 1997, Indonesia mengalami bencana ekonomi yang sangat besar, menandai awal datangnya jaman Kolobendu (carut marut).
Ayam Jantan bertarung dalam kurungan, artinya : terjadi banyaknya pertarungan, permusuhan, perselisihan, pertentangan dan adu domba.
Sang dalang menggelar sandiwara, artinya : Segala kejadian itu ada dalang yang mengaturnya, dalang yang tidak kelihatan atau di belakang layar.
Yang menonton menangis, artinya : Rakyat yang menjadi korbannya dan menjadi sengsara.
Maka tunggulah jaman kemakmuran dan ketentraman, artinya : kemakmuran dan ketentraman bangsa akan datang, maka tunggulah kedatangannya.
Nanti jika sudah datang Tahun 2025, (Pendowo Mulat Sirnaning Penganten), Pandowo = 5, Mulat = melihat = mata = 2, Sirno = hilang = 0, Temanten = pengantin= sejodo= 2. Condro Sengkolo Tahun 2025.
“Jaman Kolosubo atau jaman kemakmuran dan ketentraman akan datang pada tahun 2025.
Kolosubo artine Alembono = diakui dan dihormati oleh dunia.
Ramalan Jayabaya selanjutnya tentang Kemunculan Sang Ratu Adil, tertulis sang Ratu Adil di masa yang akan datang adalah orang Jawa, berasal dari keturunan Kerajaan Majapahit.
Yang akan muncul saat kendaraan besi dapat berjalan tanpa kuda.
Kapal dapat menjelajah langit dan angkasa.
Dalam ramalan itu juga dikatakan Ratu Adil akan menghadapi masa yang sangat sulit, penghinaan, adu domba dan kemiskinan.
Namun, masa itu akan terlewati karena ketulusan dan keteguhan hatinya.
Jayabaya juga meramalkan, setelah melewati semua ujian maka akan muncullah Satria Piningit.
“Akan ada dewa tampil berbadan manusia berparas seperti Batara Kresna berwatak seperti Baladewa bersenjata trisula wedha (bait 159)”
Satria Piningit memiliki paras tampan seperti seorang dewa, berwatak tegas.
Bersenjata trisula wedha, makna kiasan seolah-olah ada senjata sakti yang melindunginya. Merupakan pemaknaan seperti ilmu, amal dan iman, sesuai dengan sifat-sifat yang lekat dengan banyak dewa-dewa.
Memunculkan kedamaian, ketenangan dan kemakmuran.
Terlepas dari keakuratannya, ramalan Jayabaya tetap menjadi salah satu warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.
Pemilu Tahun 2024 merupakan alih generasi, sehingga Ramalan Jayabaya dapat menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju.(***)