BANDAR LAMPUNG (MIN) – Tokoh seni Sastrawan dan Sutradara yang juga Budayawan Ari Pahala Hutabarat (APH) menyoroti kerja dan peran UPT Taman Budaya Lampung yang dianggap tidak berpihak terhadap proses dan perkembangan seni di Provinsi Lampung.
Kepada media ini Rabu (23/11/2021), Ari Pahala mempertanyakan kinerja UPTD Taman Budaya Lampung yang dianggapnya belum serius dalam mendukung proses kreatif dan perkembangan seni Lampung.
APH juga menyoroti biaya sewa gedung Teater Tertutup Taman Budaya yang nilainya jutaan rupiah.
” Kita semua tahu, untuk bisa pentas di Taman Budaya Lampung kita harus siap biaya sewa yang mencapai jutaan, sekitar Rp.2 juta hingga Rp.3 juta, bahkan bisa lebih. Nah, pertanyaannya adalah sebenarnya untuk apa dan untuk siapa gedung itu dibangun? Seharusnya pihak Taman Budaya senang jika ada yang mau pentas, kalau perlu selain gratis gedung pertunjukan dan perlengkapannya, komunitas yang akan pentas dibantu biaya produksi,” ujar APH.
Selanjutnya dia juga mengatakan sudah sejak 19 tahun KoBer berdiri, dia belum melihat Taman Budaya (Tambud) Provinsi Lampung membuat acara yang betul-betul bermutu dan berkualitas dengan melibatkan para seniman di Lampung sebagai pelaksananya.
Dia kemudian mencontohkan Pekan Teater Sumatera yang ditaja Taman Budaya Sumatra Barat, Temu Teater Sumatera yang diselenggarakan Taman Budaya Jambi dan Festival Teater Sumatera yang digelar Taman Budaya Sumatra Selatan, yang menurutnya sangat adalah bentuk penghargaan terhadap penggiat dan pelaku seni teater. Taman Budaya Lampung, ucap APH, belum memiliki kepedulian seperti itu.
” Kami pentas di Taman Budaya Jambi dan Sumbar misalnya, semua fasilitas disediakan dengan gratis. Biaya produksi juga dibantu yang nilainya cukup besar. Bahkan segala kebutuhan dijamin. Nah Lampung bagaimana, mau pentas saja kita harus sewa gedung,” ungkap APH.
“Atas nama komunitas teater yang ada di Lampung, saya meminta kepada Taman Budaya Lampung atau instansi terkait agar peduli terhadap proses kreatif penggiat seni di Lampung, khususnya teater,” ucap penulis Buku “Menanam Benih Kata” ini.
Kepedulian yang dimaksud, kata Ari, yakni : Pertama, agar biaya sewa gedung digratiskan. Kedua, memberikan waktu (slot) untuk pentas bagi seluruh komunitas teater di Lampung.
“Jadi sudah ada slot (kesempatan) untuk komunitas teater bisa pentas dengan gratis. Misalnya saja, untuk KoBer dan Teater Satu, diberi kesempatan dua kali pementasan dalam setahun. Untuk komunitas lain, termasuk komunitas teater mahasiswa dan pelajar, diberi kesempatan (slot) pentas satu kali dalam setahun secara gratis. Muncul pertanyaan, mengapa KoBer dan Teater Satu berbeda? Karena saat ini untuk Lampung, komunitas seni yang memang intens serta cakupan sudah go nasional dan internasional, ya dua komunitas ini,” tegas Ari.
Lebih lanjut dia mengatakan, jika kondisi dan temperatur Taman Budaya Lampung masih seperti saat ini; tetap tidak berpihak terhadap proses dan pelaku seni, terkesan menutup diri serta kurang sumbangsih terhadap kemajuan seni di Lampung, dengan tegas dia mengatakan akan melakukan boikot terhadap Taman Budaya Lampung dan tidak ingin berhubungan dengan UPTD Taman Budaya Lampung dalam kegiatan apapun.
“Jika kondisinya masih seperti ini, saya serukan kepada seluruh pelaku seni di Lampung, khususnya Komunitas Berkat Yakin dan semua komunitas teater yang selama ini jalan bersama-sama membesarkan nama Lampung untuk memboikot Taman Budaya Lampung. Tidak perlu ada hubungan lagi dengan Taman Budaya Lampung dalam bentuk apapun,” tegasnya.
Sementara itu, salah satu pegawai UPT Taman Budaya Lampung saat ditemui di ruangannya untuk dikonfirmasi hal ini mengatakan tidak bisa memberikan keterangan karena bukan wewenangnya.
“Maaf saya tidak bisa memberikan keterangan, karena ini bukan wewenang saya. Nanti saya sampaikan dengan Pak Kepala,” ujarnya.
Sayangnya Kepala UPTD Taman Budaya Disdikbud Provinsi Lampung, Aris Padila, enggan menemui wartawan.
” Maaf, Pak Kepala belum bisa ditemui. Beliau juga belum sebulan dilantik, jadi kurang paham dengan hal ini,” pungkas salah satu pegawai UPTD Taman Budaya Disdikbud Lampung tersebut. (Red)