Banjir Sumut, Sumbar dan Aceh: Ujian atau Murka Tuhan, dan Siapa yang Salah?

Oleh: Suryanto, Pemred MediaInformasiNetwork.com (Sekretaris PWRI Pesawaran)

Bencana banjir besar yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh bukan hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga luka batin yang mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia. Air bah yang menerjang permukiman, menelan korban jiwa, dan merusak fasilitas umum seakan menjadi alarm keras yang mengguncang kesadaran kita semua.

Namun pertanyaan yang kemudian muncul di tengah masyarakat adalah:
Apakah bencana ini murni ujian dari Allah, ataukah bentuk murka serta teguran atas kelalaian manusia dalam menjaga alam?
Dan, siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab?

Kerusakan Alam: Teguran atau Akibat Kelalaian Manusia?

Indonesia dikenal sebagai negeri yang dianugerahi sumber daya alam melimpah. Gunung, hutan, laut, sungai—semuanya merupakan rahmat dari Allah SWT untuk kemaslahatan manusia. Namun ironi terjadi ketika tangan-tangan manusia sendiri justru menjadi penyebab rusaknya tatanan alam tersebut.

Penebangan hutan tanpa kendali, alih fungsi lahan secara sembarangan, praktik tambang ilegal, hingga pembangunan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan menjadi akar utama munculnya bencana ekologis. Sungai kehilangan daerah resapannya, hutan kehilangan kemampuan menahan air, dan tanah kehilangan daya cengkeramnya. Akibatnya, ketika hujan turun sedikit lebih deras dari biasanya, banjir besar pun seakan menjadi keniscayaan.

Allah SWT telah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di bumi adalah akibat ulah tangan manusia itu sendiri. Dalam QS. Ar-Rum ayat 41, disebutkan:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ayat ini jelas menegaskan bahwa banyak musibah yang muncul bukan semata-mata “turun dari langit”, namun merupakan konsekuensi logis dari tindakan manusia yang merusak keseimbangan alam.

Hadis: Musibah Bisa Muncul Karena Dosa dan Lalai Menjaga Amanah Allah

Manusia ditunjuk Allah sebagai khalifah fi al-ardh—pemimpin di muka bumi. Artinya, manusia memiliki tanggung jawab menjaga, memakmurkan, dan tidak merusak lingkungan. Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Tidaklah suatu kaum melakukan perbuatan dosa secara terang-terangan, melainkan Allah akan menimpakan kepada mereka berbagai musibah dan penderitaan yang belum pernah mereka alami.”

Hadis ini tidak bermaksud menyalahkan korban bencana, tetapi menjadi pengingat bahwa perilaku kolektif manusia dapat mengundang malapetaka ekologis yang dampaknya mengenai semua orang.

Bencana: Antara Ujian dan Teguran

Dalam Islam, musibah bisa menjadi:

  1. Ujian, untuk mengangkat derajat orang beriman.
  2. Teguran, agar manusia kembali menyadari kekeliruannya.
  3. Konsekuensi, dari kelalaian manusia merusak alam.

Banjir yang terjadi berulang kali di berbagai provinsi di Indonesia merupakan kombinasi dari faktor alam, perubahan iklim global, serta rusaknya ekosistem akibat kegiatan manusia. Allah telah mengatur hukum alam; ketika manusia melanggar, alam pun menuntut keseimbangannya.

Lalu siapa yang salah?

Pemerintah, bila lalai mengawasi hutan dan sungai dari praktik ilegal.

Pengusaha, bila mengeksploitasi lahan tanpa memikirkan dampak ekologis.

Masyarakat, bila masih membuang sampah ke sungai, membuka lahan dengan membakar, atau membiarkan kerusakan terjadi tanpa kepedulian.

Kita semua, jika masih diam, hanya menyalahkan takdir, tetapi tak melakukan perubahan.

Saatnya Kembali Kepada Allah dan Memperbaiki Alam

Musibah banjir di Sumut, Sumbar, dan Aceh seharusnya menjadi momentum besar bagi kita untuk introspeksi. Alam memberi peringatan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

Kita perlu:

Memperkuat penegakan hukum lingkungan

Mengembalikan fungsi hutan sebagai paru-paru bumi

Mengedukasi masyarakat soal pentingnya menjaga sungai

Membangun sistem mitigasi bencana berbasis ekologi

Serta yang terpenting: kembali kepada Allah dengan memperbaiki perilaku dan menjaga amanah-Nya berupa alam semesta

Karena bila manusia menjaga alam, alam pun akan menjaga manusia.

Mari kita do’akan bagi korban banjir di Sumut, Sumbar dan Aceh agar sabar dan tabah menerima cobaan ini, dan bagi para dermawan semoga digerakkan hatinya untuk membantu saudara kita disana, semoga keadaan ini segera membaik, dan semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita semua, Aamiin.

Comments (0)
Add Comment