DPD FGII Provinsi Lampung Dorong Dinas Pendidikan Laksanakan PTM
BANDAR LAMPUNG (MIN-SMSI) – Dewan Pimpinan Daerah Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Provinsi Lampung mendorong Dinas Pendidikan Provinsi Lampung untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.
Hal itu dikatakan Ketua DPD FGII Provinsi Lampung Anton Kurniawan menyikapi terus tertundanya pembelajaran tatap muka yang disebabkan pandemi Covid-19 yang belum juga selesai.
Menurut Anton, pembelajaran tatap muka saat ini sangat mendesak untuk dilaksanakan terutama di tingkat pendidikan dasar dan menengah, sebab jika pembelajaran online ini terus berlanjut maka akan memberikan dampak yang buruk bagi generasi masa depan.
“FGII Provinsi Lampung mendorong Dinas Pendidikan segera melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Tentu saja harus dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan yang ketat; memakai masker, menjaga jarak, cuci tangan, menghindari kontak fisik tidak ada salam-salaman, dan jangan berkerumun,” ucap Anton.
“Kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir, oleh sebab itu sekarang kita semua harus menyadari bahwa kita memang harus hidup berdampingan dengan virus ini. Pembelajaran tatap muka ini sudah sangat mendesak karena siswa kita sudah terlalu banyak kehilangan waktu belajar (learning lost). Kalau ini terus berlanjut maka dampaknya akan sangat buruk,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini pembelajaran daring telah memberikan dampak yang sangat serius terhadap siswa siswi kita. Jika pembelajaran daring terus dilakukan maka kita akan semakin tertinggal.
“Pernahkah kita renungkan bagaimana anak kita yang dua tahun lalu lulus TK dan kini sudah susuk di kelas 2 SD, tanpa pernah bertemu guru dan teman-temanya secara intens, kalaupun pernah hanya di waktu tertentu. Di lain sisi, mereka begitu sibuk dan akrab dengan handphone. Sudah bisa kita bayangkan jika situasi ini terus berlanjut maka akan memberikan dampak yang sangat mengerikan,” katanya.
Oleh sebab itu, ujar Anton, FGII mendorong Pemerintah untuk melaksanakan PTM. Tentu saja, kata dia, dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan superketat, misalnya selain satu kelas diisi maksimal 15 orang, dengan durasi waktu di sekolah 2 jam hingga 3 jam.
“Kita semua menyadari jelas ada resikonya, tapi hal ini tidak bisa kita hindari. Dengan membangun komitmen bersama yang kuat dan penuh tanggung jawab serta saling bersinergi dan berkolaborasi, semoga kita bisa melalui masa-masa sulit ini,” pungkasnya. (Suryan).