Beratnya Taat, Lezatnya Maksiat

0 94

  • Dakwah Penyejuk Haji, Penggugah Jiwa

Jika engkau sedang tidak disibukkan dalam ketaatan, pasti engkau sedang bergelut dengan kemaksiatan.

Saat lapar dan dahaga menggempur rongga dan perut kita, tak tahan melihat lezatnya hidangan dan segarnya minuman. Apalagi semua telah tersaji dengan menarik dari para koki yang berpengalaman. Godaan itu semakin menjadi.

Wah… bahaya ini. Bisa-bisa tidak ingat umur dan penyakit yang diderita. Ups… dunia memang lezat dinikmati dan elok dipandang mata. Selalu tak ada habisnya mengundang selera untuk menikmati setiap sisinya.

Andai saja semua itu ketaatan kepada Allah dan RasulNya yang tersaji seperti hidangan lezat dan menarik selayaknya semua orang berkerumun berebut untuk mendapatkannya dan berjuang meraihnya. Rela untuk menanti walaupun banyak harus mengantri. Puas menikmati bahkan terus menerus ingin menambah porsi.

Sayangnya ketaatan kepada Allah dan RasulNya diliputi perjuangan, kesabaran dan penuh pengorbanan. Bahkan tidak jarang jalannya penuh onak dan duri. Seringnya rasa susah dan tidak enak yang menyelimuti. Tidak salah bila hanya sedikit orang yang bisa menikmatinya.

Pemandangan ini berbeda jauh dengan dunia kemaksiatan. Hampir keseluruhan kemaksiatan menawarkan daya tarik dan kenikmatan yang mengiyurkan. Memancing nafsu untuk selalu memburu. Menggoncang syahwat yang selalu memikat. Menggoda iman hingga luluh lantah tak berbekas. Anehnya tidak membosankan dan tidak menyulut berhentinya kepuasan.

Memang ada beda cara menikmati antara ketaatan dan kemaksiatan, jika kita tidak menemukan kuncinya tentu sulit menikmatinya. Seperti kata ulama Asy-Syaikh Abdul Mu’thy bin Jayid ar-Ruhaily hafizhahullah; “Beratnya ketaatan akan hilang dan pahalanya akan tetap ada, sedangkan kelezatan maksiat akan lenyap sementara dosanya tidak akan sirna, maka orang yang berakal adalah yang memandang jauh akhir segala sesuatu, sehingga dia bersabar melakukan hal-hal yang menyenangkan akibatnya, dan meninggalkan hal-hal yang buruk kesudahannya.”

Bertindak dengan memikirkan akibat di akhirnya akan membuat seseorang bijak mengambil keputusan yang terbaik. Amal pada akhirnya tidak cukup hanya ditakar dari sisi niat diawalnya (innamal a’malu biniyat) tetapi lebih penting lagi menuju akhir yang terbaik, khusnul khotimah jauh lebih penting (innamal a’malu bil khawatim). Beramal dalam orientasi yang lebih baik akan meningkatkan motivasi untuk meraih prestasi. Dan mendapatkan ridhlo Allah bahagia di dunia dan akhirat adalah pilihan orientatif seorang Muslim sejati.

Bersabar dalam ketaatan itu jauh lebih baik dari pada bahagia dalam kemaksiatan.

Oleh: @umarhidayat75
◇◇•◇◇•◇◇•◇◇•◇◇•◇◇
AIHQ – DK PSDM ODOJ
AIHQ/638/18/10/2021
oaseodoj@gmail.com
Fp : AIHQ Onedayonejuz
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸

Leave A Reply

Your email address will not be published.